Manusia yang paling suci dan yang paling mulia ini menampakkan sifat-sifat yang luar biasa, bahkan semenjak masih kanak-kanak. Kendatipun masih dalam usia muda, beliau lemah lembut dan sabar, cinta akan kedamaian dan kesunyian. Dialah Muhammad.
Makhluk Allah yang paling mulia ini dinamakan Ahmad. Nabi Muhammad SAW adalah penghulu segenap makhluk yang paling dicintai oleh Allah, yang paling mulia, rahmat bagi semesta alam, manusia yang paling suci dan penyempurna revolusi zaman.
Muhammad telah dipilih menjadi Rasul dan diuji oleh Tuhan, dibentuk dan disempurnakan, baru kemudian diutus untuk memperbaiki dan membangun suatu masyarakat manusia menurut kehendak Tuhan. baik lahir maupun batin.
Nabi adalah manusia yang paling sempurna, sebagaimana dikatakan dalam salah satu syair Arab sebagai “permata diantara bebatuan”. Karena itu, tidak seorang pun yang bisa melukiskan atau menggambarkan sosoknya karena kesucian dan kesempurnaannya. Keharaman menggambar wajah nabi SAW justru merupakan bukti otentik betapa Islam sangat menjaga ashalah (originalitas) sumber ajarannya.
Larangan melukis Nabi Muhammad Saw adalah keharusan menjaga kemurnian aqidah kaum muslimin. Sebagaimana sejarah permulaan timbulnya paganisme atau penyembahan kepada berhala adalah dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh As.
Memang pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang kesholihan mereka dan belum disembah. Tetapi setelah generasi ini musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak mengerti tentang maksud dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian syetan menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang sholih tersebut.
Melukis Nabi Saw dilarang karena bisa membuka pintu paganisme atau berhalaisme baru, padahal Islam adalah agama yang paling anti dengan berhala.
Dalam hadits Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menyanjungku berlebihan sebagaimana orang-orang Nashrani menyanjung Putera Maryam, karena aku hanya hamba-Nya dan Rasul utusan-Nya.” ( HR. Ahmad dan Al-Bukhori).
Itulah sebab utama kenapa umat Islam bersikeras melarang melukis Rasulullah, yaitu dalam rangka menjaga kemurnian aqidah tauhid.
Dengan tidak dilukisnya Rasulullah, maka tidak mungkin seseorang yang kafir atau fasiq mampu membuat gambaran wajah Rasulullah, karena hanya orang-orang yang benar imannya saja yang bisa melihat beliau.
“Barangsiapa melihatku di dalam mimpinya, sesungguhnya dia benar-benar melihatku, karena syetan tidak mungkin menyerupai bentukku.” (HR.Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud Ibnu Majah dan Ahmad).
Bila demikian keadaannya maka tidak mungkin seorang fasiq apalagi kafir bisa tahu wajah Rasulullah. Andai mereka bermimpi suatu sosok manusia yang mengaku-aku sebagai Muhammad Saw maka dapat dipastikan bahwa sosok itu adalah setan. Karena meski tidak mungkin menyerupai bentuk Rasulullah, tetapi setan bisa saja mengaku-aku sebagai Rasulullah.
Lalu bagaimana kita mengetahui kalau sosok yang mengaku Rasulullah di dalam mimpi kita adalah benar-benar asli Rasulullah? Caranya mencocokkan dengan hadits-hadits syamail yang shohih, yaitu hadits-hadits yang bertutur tentang ciri-ciri Rasulullah.
Adapun karikatur yang digambar oleh orang-orang kafir dan munafiq dan bahkan difilmkan atau divisualkan (seperti yang dilakukan Sutradara Sam Bcile) adalah kebohongan, karena bagaimana mungkin mereka bisa menggambar wajah Rasulullah, sedangkan untuk melihatnya saja mereka tidak mungkin bisa.
Keharaman untuk menggambar Nabi Muhammad SAW dan juga nabi-nabi yang lain, oleh para ulama ditetapkan berdasarkan kemustahilan untuk memastikan bahwa gambar itu benar-benar yang sebenarnya. Mengingat tidak ada satu orang pun orang di dunia ini yang tahu wajah para nabi.
Dan perbuatan berbohong atas apa yang dibawa kaum kafir terhadap nabi merupakan dosa yang amat serius. Ancamannya tidak tanggung-tanggung, yaitu kedudukan di dalam neraka. “Siapa yang berbohong tentang aku secara sengaja, maka hendaklah dia menyiapkan tempatnya di neraka”. (HR Bukhari Muslim).
Diriwayatkan, Rasulullah Saw bersama Abu Bakar RA, Amir bin Fahira dan seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith bergegas meninggalkan Makkah menuju Madinah.
Tanpa perbekalan yang memadai, Rasulullah berangkat menuju Madinah. Sebuah perjalanan yang tak mudah dan tak juga ringan.
Di tengah perjalanan menuju kota Madinah, rombongan Rasulullah melewati sebuah kemah milik seorang wanita tua bernama UMMU MA’BAD di wilayah Qudaid–antara Makkah dan Madinah. Saat itu, Ummu Ma’bad sedang duduk di dekat kemahnya. Lantaran perbekalan yang minim, rombongan Rasulullah pun singgah ke kemah Ummu Ma’bad.
Rasulullah dan sahabatnya ingin membeli daging dan kurma dari Ummu Ma’bad. Namun, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Saat itu, wilayah Qudaid sedang didera musim paceklik. Lalu Rasulullah melihat seekor kambing yang ada di dekat kemah Ummu Ma’bad.
Rasulullah pun bertanya, “Kambing betina siapa ini wahai Ummu Ma’bad?”
Ummu Ma’bad menjawab, “kambing betina tua yang sudah ditinggalkan oleh kambing jantan.”
Rasulullah kembali bertanya, “Apakah ia masih mengeluarkan air susu?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Bahkan ia tak mengandung air susu sama sekali.”
Lalu Rasulullah meminta izin, “Bolehkah aku memerah air susunya?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Jika engkau merasa bisa memerahnya, maka silahkan lakukan.”
Nabi Muhammad SAW pun mengambil kambing tersebut dan tangannya mengusap kantong susunya dengan menyebut nama Allah dan mendo’akan Ummu Ma’bad pada kambingnya tersebut.
Tiba-tiba kambing itu membuka kedua kakinya dan keluarlah air susu dengan derasnya. Kemudian Rasulullah meminta sebuah wadah yang besar lalu beliau memerasnya sehingga penuh. Beliau memberi minum kepada Ummu Ma’bad hingga ia puas, lalu beliau memberi minum rombongannya hingga mereka pun puas.
Dan beliau adalah orang yang terakhir minum. Beliau kemudian memerah susu untuk kedua kalinya hingga wadah tersebut kembali penuh, lalu susu itu ditinggalkan di tempat Ummu Ma’bad dan beliau pun membai’atnya. Setelah itu rombongan pun berlalu.
Tak lama, datanglah suami Ummu Ma’bad dengan menggiring kambing yang kurus kering, berjalan sempoyongan karena lemahnya. Setelah melihat susu, ia bertanya keheranan, “Darimana air susu ini wahai Ummu Ma’bad? padahal kambing ini sudah lama tidak hamil dan kita pun tidak memiliki persediaan susu di rumah?”
Ummu Ma’bad menjawab, “Demi Allah, bukan karena itu semua. Sesungguhnya seseorang yang penuh berkah telah melewati (rumah kita), sifatnya begini dan begitu.” Abu Ma’bad berkata, “Ceritakanlah kepadaku tentangnya wahai Ummu Ma’bad.”
Ummu Ma’bad bertutur: “Aku melihat seorang yang tawadhu (rendah hati). Wajahnya bersinar berkilauan, baik budi pekertinya, dengan badannya yang tegap, indah dengan bentuk kepala yang pas sesuai bentuk tubuhnya. Ia adalah seorang yang berwajah sangat tampan. Matanya elok, hitam dan lebar, dengan alis dan bulu mata lebat nan halus. Suaranya bergema indah berwibawa, panjang lehernya ideal, jenggotnya tumbuh tebal dan sangat kontras lagi sesuai warna rambutnya yang rapi, rata pinggir-pinggirnya. Antara rambut dan jenggotnya bersambung rapi. Jika ia diam, nampaklah kewibawaannya. Jika ia berbicara nampaklah kehebatannya. Jika dilihat dari kejauhan, ia adalah orang yang paling bagus dan berwibawa. Jika dilihat dari dekat, ia adalah orang yang paling tampan, bicaranya gamblang, jelas, tidak banyak dan tidak pula sedikit. Nada bicaranya seperti untaian mutiara yang berguguran. Beliau berperawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pula pendek. Ia bagaikan sebuah dahan di antara dua dahan. Diantara ketiga orang itu, penampilannya paling bagus dan kedudukannya paling tinggi. Ia memiliki banyak teman yang mengelilinginya. Jika ia berbicara, maka yang lain pun mendengarkannya. Jika ia memerintah, maka mereka segera melaksanakannya. Ia adalah orang yang ditaati, tidak cemberut dan bicaranya tidak sembarangan.”
Abu Ma’bad berkata, “Demi Allah, ia adalah seorang dari Quraisy yang sedang diperbincangkan di kalangan kami di kota Makkah. Aku ingin menjadi sahabatnya. Sungguh aku akan melakukannya jika aku bisa menemukan jalan untuk mendapatkannya.”
Sungguh terperinci wajah dan sifat Rasulullah yang dituturkan Ummu Ma’bad. Kisah Ummu Ma’bad sangat masyhur, diriwayatkan dari banyak jalan yang saling menguatkan satu dengan lainnya.
Sementara dari sahabat Ali ra diriwayatkan: “Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, orang yang perawakannya sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya sedikit bulat, kedua matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendian-persendiannya yang pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan. Telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, telapak tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paling mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandangnya tentu enggan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya.”
Kemudian Ali menambahkan, “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau, sebelum maupun sesudahnya.”
sumber: forum.muslim-menjawab.com, mimbarjumat.com, masbadar.com, threefirdhaus.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apakah Artikel ini bermanfaat bagi ANDA ?