Zikir Fida adalah zikir untuk memohon kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka, baik untuk diri sendiri ataupun diperuntukkan pada orang lain yang telah meninggal. Adapun kalimat zikir Fida itu bermacam-macam diantaranya:
1). Membaca kalimat tahlil sebanyak 70,000 / 71,000.
2). Membaca surat Ikhlas sebanyak 1,000 / 100,000 dan lain sebagainya.
3). Zikir Fida boleh dilaksanakan untuk sendiri atau orang lain dan dapat dilaksanakan dalam satu majelis atau dicicil. Lafaz niatnya perlu dibedakan dan dijelaskan.
Sebagaimana diterangkan dalam beberapa kitab diantaranya:
Sebahagian dari fadalahilahnya surat Ikhlas yaitu, sesungguhnya orang yang membacanya sebanyak 100,000 kali maka dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah dan Malaikat akan mengumumkan dari sisi Allah di langit dan di bumi,
“Ketahuilah sesungguhnya si fulan adalah hamba yang dimerdekakan oleh Allah, siapa saja yang mempunyai hak yang di tanggung fulan maka mintalah dari Allah.” Maka surat Al-Ikhlas tersebut akan memerdekakan dari neraka, tetapi dengan syarat tidak mempunyai tanggungan pada orang lain atau punya tanggungan tapi tidak mampu membayarnya.
2). Kitab Khoziinatul Asroor, hal. 157 (Sayyid Muhammad Haqqin Nazili)
“Barangsiapa yang membaca kalimat Laa Ilaaha Illallah sebanyak 71,000 maka dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah Azza wa Jalla”.
Hadits riwayat Abu Said dan Aisyah r.a. begitu juga kalau dia melakukan untuk orang lain. Hadits ini adalah sebagai sandaran dasar para Ulama Sufi untuk menamakan zikir dengan kalimat tauhid dengan jumlah hitungan tersebut dengan nama Ataqah Jalaliyyah. Cerita tentang kebenaran zikir ini sudah sangat masyhur, diantaranya yang ditutur oleh as-Syeikh al-Akbar dari Imam Abi al-Abbas al-Qutbi al-Qostholani dari Syeikh Abi Robi al-Maliki untuk menunjukkan kebenaran hadits ini dengan cara mukasyafah.
4). Kitab Irsyaadul Ibaad, hal. 4 (Zainuddin abdul Aziz Ibnu Zainuddin Al-Malibari)
Diriwayatkan lagi dari Syeikh Abi Yazid al-Qurtubi berkata,
“Saya mendengar dari sebahagian atsar (perkataan Sahabat), “Barangsiapa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah sebanyak 70,000 kali, maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka.”
5). Khoziinatul Asroor, hal. 159 (Sayyid Muhammad Haqqin Nazili)
Al-Faqir berkata (semoga Allah memerdekakannya dari neraka Syair),
“Saya melihat seorang Syeikh di Masjidil Haram pada bulan Ramadhan tahun 1261M sedang membaca surat Al-Ikhlas di sebelah pintu Dawudiyyah malam dan siang hari setiap bulan Ramadhan. Kemudian aku mengucup tangannya sambil berkata, “Wahai Tuanku, aku melihatmu setiap hari membaca surat Ikhlas, berilah tahu padaku tentang faedah dan rahsianya.”
Kemudian dia menjawab,
“Aku ingin memerdekakan jasadku dari neraka wahai anakku dan dia mengangkat tangan ke lehernya.”
Aku berkata, “Berilah aku ijazah”.
Kemudian beliau mengijazahiku dan memberi izin padaku serta mendoakan barakah. Semoga Allah memberi pertolongan pada kamu untuk membacanya sebanyak 1,000 kali.
Dan ini merupakan ijazah melalui tulisan bagi orang yang mau membacanya. Semoga Allah memberi barakah pada kita dan membukakan rahmatnya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang selamat sebab kemuliaan surat al-Ikhlas.”
6). Kitab Khoziinatul Asroor, hal. 188 (Sayyid Muhammad Haqqin Nazili).
Demikian itu juga dikutip oleh Abu Said Al-Khadimi dari para wali isbat yang terpercaya yang tersebut dalam kitab Al-Bariqoh, Syarah kitab At-Thoriqotul Muhamadiyyah dan lainnya, bahawa hadits daif boleh diamalkan dalam hal Fadail Amal (keutamaan amal) meskipun tidak sesuai dengan qiyas.
SUMBER: PISS-KTB
7). Alm. Habib Munzir berkata,
“Saudaraku yg kumuliakan, Laa ilaha illallah adalah zikir fida, yaitu pelepasan dari kemurkaan Allah, ada yg membacanya 5 ribu x saja, ada yg bermacam-macam, diantaranya adalah untuk membebaskan dosa orang yg dihimpit dikubur, atau masalah-masalah yg terkait dg kemurkaan Allah swt, saya pernah mempunyai teman yg ibunya wafat dan ibunya itu tidak memakai jilbab (belum) hingga wafatnya, maka guru mulia mengatakan padanya, “Kau baca Laa ilaha illallah 5,000x diniatkan untuk ibumu untuk zikir fida, (fida = pembebasan).”
Tata caranya adalah dengan membacanya seraya berniat dengan kemuliaan kalimat terluhur itu agar hal yg sulit atau ditahan oleh Allah boleh dikabulkan untuk dibebaskan dan tidak mustahil membacanya hingga 70 tibu kali dan tiada batas pelarangan dalam segi jumlahnya.
8). Penebusan diri dari api neraka itu telah ada sejak zaman Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad saw dan berkembang corak dan ragamnya. Kendati demikian, cara yang secara khusus diamalkan oleh para Masyeikh al-Arifun Billah min Saadaatinaa wa Habaa-ibinaa al-Haadiin al-Muhtadiin RA yang telah masyhur dengan istilah zikir fida, terbagi menjadi dua cara:
Pertama: Ataqot al-Shughra, yaitu membaca "Subhanallah wa Bihamdih” seribu kali (1,000x) dan "Laa ilaaHha illallah” tujuh puluh ribu kali (70,000x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka.
Kedua: Ataqot al-Kubra, yaitu membaca surat al-Ikhlas sebanyak seratus ribu kali (100,000x), sebagai tebusan dirinya atau keluarganya dari siksa api neraka dan untuk menunjukkan kesungguhan itu semua, mereka memberikan mahar laksana kewajiban mahar dalam pernikahan. Bahkan diantara ulama salaf ada yang menebus dirinya dari siksa api neraka dengan seluruh harta yang dimilikinya. Dalam memberikan mahar harus ada kesungguhan, apalah artinya dunia jika dibanding dengan keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.
Dasar dua cara penebusan diri dari api neraka yang beraneka corak ragamnya itu, kesemuanya telah tersurat dan tersirat dalam nushush (penjelasan) di bawah ini:
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (QS Al-Taubah:111).
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya kerana mencari keridhaan Allah dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS Al-Baqarah:207).
“Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS Az-Zumar:15)
“Kesucian itu setengah dari iman (yakni segi batin), Alhamdulillah itu memenuhi timbangan, Subhanallah Wal Hamdulillah itu dapat memenuhi ruang antara langit dan bumi, solat adalah cahaya (yang dapat menyinari hati orang mukmin di muka bumi), sedekah adalah bukti, sabar (dalam beribadah dan meninggalkan maksiat) adalah cahaya yang gilang gemilang (yang dapat menghilangkan segala macam kesempitan). Al-Quran adalah pedoman pokok, bermanfaat untukmu atau berbahaya atasmu. Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya.” (HR Muslim).
Dalam komentarnya, Imam al-Nawawi mengatakan bahawa yang dimaksud dengan sabda Nabi saw, “Semua manusia pergi di waktu pagi, lalu ada yang menjual, membebaskan atau memusnahkan dirinya” adalah setiap manusia berusaha dengan dirinya sendiri, lalu di antara mereka ada yang menjual dirinya kepada Allah swt dengan ketaatannya, sehingga membebaskannya dari siksa. Dan sebahagian yang lain menjual dirinya kepada syaitan dan hawa nafsunya dengan cara patuh kepada keduanya, sehingga mencelakakannya.
10). Dalam Shahih Bukhari, dari Abu Hurairah ra, beliau berkata, “Rasulullah saw berdiri ketika Allah swt menurunkan ayat, “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS As-Syuara:214)”, beliau bersabda, “Wahai orang-orang Quraisy, belilah (selamatkanlah) diri kalian (dari siksa), aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah Swt. Wahai Bani Manaf, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepada kalian terhadap Allah Swt. Wahai Abbas bin Abdul Mutalib, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah Swt. Wahai Shafiyah bibi utusan Allah, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah Swt. Wahai Fatimah putri Muhammad aaw, mintalah apa saja yang engkau inginkan dari hartaku, aku tidak kuasa memberi jaminan apapun kepadamu terhadap Allah Swt” (HR Bukhari).
11). Dalam Shahih Muslim, sahabat Abu Hurairah mengisahkan bahawa ketika turun ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. al-Syuara: 214)”, Rasulullah saw memanggil orang-orang Quraish, lalu mereka berkumpul. Kemudian Rasulullah saw menyampaikan sabda secara umum dan secara khusus, beliau bersabda, “Wahai Bani Kaab bin Luai, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Murrah bin Kaab, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Hasyim, selamtkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Bani Abdil Muthalib, selamatkanlah diri kalian dari api neraka. Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka. Kerana sesungguhnya aku tidak kuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian. Hanya saja kalian mempunyai hubungan kerabat dan aku selalu melestarikannya dengan menyambung dan mempererat (tali silaturrahim dan memuliakan).” (HR Muslim).
Yang dimaksud dengan sabda Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berkuasa menjamin apapun kepada Allah untuk kalian” adalah janganlah kalian mengandalkanku kerana kalian mempunyai hubungan kerabat denganku, sesungguhnya aku tidak berkuasa untuk menolak kemudaratan yang dikehendaki oleh Allah swt kepada kalian.
12). Diriwayatkan dari Sayidina Abdullah bin Abbas ra, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang tiap pagi membaca “Subhanallahi wabihamdihi” seribu kali, maka sungguh ia telah membeli dirinya dari Allah swt dan dia di akhir hidupnya menjadi orang yang dimerdekakan oleh Allah Swt” (HR At-Thabrani dalam kitabnya Mujam al-Ausath).
Dalam sebahagian atsar diriwayatkan bahawa barang siapa mengucapkan “Laailaha Illallah” tujuh puluh ribu kali, maka hal itu akan menjadi tebusan dirinya dari api neraka. Sayidina al-Syeikh Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Baalawi ra berkata, “Ayahku mengumpulkan jamaah, mereka membaca tasbih seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebahagian orang-orang yang telah meninggal, membaca “Lailaaha Illallah” seribu kali, kemudian menghadiahkannya kepada sebahagian orang-orang yang telah meninggal. Penduduk Tarim (Yaman) sangat memperhatikan dan bersungguh dalam hal ini. Mereka berpesan kepada sebahagian yang lain dengan menggunakan harta untuk hal (penebusan) itu. Ayahku adalah orang yang mendorong dan pendiri/pelaksana kegiatan ini. Demikian inilah apa yang dikerjakan oleh kaum sufi dan turun-temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Sebahagian dari mereka berpesan agar menjaga dan mengamalkannya. Mereka menuturkan bahawa dengan hal itu Allah swt memerdekakan hamba yang dihadiahi itu sebagaimana tercantum dalam hadits.”
13). Al-Imam Abu al-Farj Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali menuturkan bahawa sekelompok ulama salaf membeli dirinya dari Allah swt dengan harta mereka. Di antara dari mereka membelinya dengan menyedekahkan semua hartanya, seperti Habib bin Abi Muhammad. Ada yang menyedekahkan dengan timbangan peraknya sebanyak tiga atau empat kali, seperti Khalid bin al-Thahawi. Dan juga ada yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan amal kebaikan dan mengatakan, “Aku hanyalah seorang tawanan yang berusaha untuk bebas” seperti Amr bin Uthbah. Sebahagian dari mereka membaca tasbih sebanyak dua belas ribu kali setiap hari sesuai dendanya, seolah-olah ia telah membunuh dirinya sendiri, sehingga untuk membebaskan (hukumannya) ia harus membayar dendanya.
14). Syeikh Abu al-Abbas Ahmad al-Qasthalani ra berkata, “Aku mendengar Syeikh Abu Abdillah al-Qarsyi berkata, “Aku mendengar Abu Yazid al-Qurthubi ra berkata dalam sebahagian atsar, “Barang siapa yang mengucapkan “Laailaha Illallah” tujuh puluh ribu kali, maka hal itu menjadi tebusannya dari api neraka. Maka aku mengamalkan hal itu kerana mengharap berkah janji itu. Lalu aku mengerjakannya dan sebahagiannya kupersembahkan untuk keluargaku. Aku mengerjakan beberapa amal untuk simpanan diriku sendiri (di hari kiamat). Pada waktu itu ada seorang pemuda yang bermalam bersama kami, pemuda itu dianugerahi ilmu kasyaf, mampu melihat syurga dan neraka. Para jamaah memang menilai pemuda itu sebagai orang yang mempunyai keutamaan walaupun usianya masih muda. Di dalam hatiku terbesit sesuatu tentang pemuda itu. Kemudian sebahagian ikhwan sepakat untuk mengundang dan mengajak kami ke rumah pemuda itu. Kami menyantap makanan dan pemuda itu bersama kami. Tiba-tiba pemuda itu berteriak yang menimbulkan anggapan yang tidak baik. Pemuda itu berkata, “Wahai paman, ini adalah ibuku sekarang berada di neraka.”
Pemuda itu berteriak dengan teriakan yang sangat keras. Siapapun yang mendengarnya pasti akan mengerti kalau pemuda itu tertimpa masalah yang sangat besar. Setelah aku melihat kepanikan dan kesedihannya, maka aku berkata, “Hari ini aku akan mencoba untuk bersedekah kepadanya. Lalu Allah swt memberi ilham kepadaku untuk membacakan “Lailaaha Illallah” sebanyak tujuh puluh ribu kali dan hanya Allah sajalah yang mengetahui hal itu. Aku berkata dalam hatiku, “Atsar ini pasti benar dan orang-orang yang meriwayatkan kepadaku adalah orang-orang yang jujur. Ya Allah, “Laailaha Illallah” sebanyak tujuh puluh ribu ini adalah sebagai tebusan bagi ibu pemuda ini.” Belum selesai hatiku berkata seperti itu, tiba-tiba pemuda itu berkata, “Wahai paman, ibuku ini telah dikeluarkan dari neraka.” Segala puji bagi Allah. Dengan peristiwa itu aku memperoleh dua faidah. Pertama, menguji kebenaran atsar. Kedua, dapat menyelamatkan pemuda itu dan mengetahui kejujurannya.”
Syakhul Akbar Muhyiddin bin al-Arabi pernah berwasiat untuk menjaga dan mengerjakan amalan yang dapat membebaskan seorang hamba dari api neraka, yakni dengan membaca “Laailaha Illallah” sebanyak tujuh puluh ribu kali. Kerana dengan bacaan sebanyak itu sesungguhnya Allah swt akan membebaskan seorang hamba dari api neraka atau membebaskan orang yang dihadiahi bacaan itu.
Syeikh Muhammad Nawawi bin Amr al-Jawi ra berkata, “Bacaan “Laailaha Illallah” sebanyak ini (tujuh puluh ribu kali) disebut ataqat al-sughra (pembebasan kecil), sebagaimana halnya surat al-Ikhlas ketika dibaca sampai seratus ribu kali disebut ataqat al-kubra (pembebasan besar), walaupun hal itu dilakukan pada jarak beberapa tahun, kerana tidak disyaratkan untuk berturut-turut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apakah Artikel ini bermanfaat bagi ANDA ?